Bismillah,
Inilah diantara riwayat-riwayat yang dianggap hadits oleh para penggemar Maulid Nabi untuk membesarkan atau mengagungkan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
1. Abu Bakar ash-Shiddiq
Telah berkata Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq: “Barangsiapa yang menafkahkan satu dirham bagi menggalakkan bacaan Maulid Nabi saw., maka ia akan menjadi temanku di dalam syurga.” (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
2. Umar bin Khottob al-Furqon
Telah berkata Sayyidina ‘Umar: “Siapa yang membesarkan (memuliakan) majlis maulid Nabi saw. maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.” (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
Inilah diantara riwayat-riwayat yang dianggap hadits oleh para penggemar Maulid Nabi untuk membesarkan atau mengagungkan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
1. Abu Bakar ash-Shiddiq
Telah berkata Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq: “Barangsiapa yang menafkahkan satu dirham bagi menggalakkan bacaan Maulid Nabi saw., maka ia akan menjadi temanku di dalam syurga.” (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
2. Umar bin Khottob al-Furqon
Telah berkata Sayyidina ‘Umar: “Siapa yang membesarkan (memuliakan) majlis maulid Nabi saw. maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.” (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
3. Utsman bin ‘Affan Dzun-Nuraini
Telah
berkata Sayyidina Utsman: “Siapa yang menafkahkan satu dirham untuk
majlis membaca maulid Nabi saw. maka seolah-olah ia menyaksikan
peperangan Badar dan Hunain” (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa
al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad
ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
4. Ali bin Abi Tholib Karomallahu wajhah
Telah
berkata ‘Ali : “Siapa yang membesarkan majlis maulid Nabi saw. dan
karenanya diadakan majlis membaca maulid, maka dia tidak akan keluar
dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan masuk ke dalam syurga
tanpa hisab”. * (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii
maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar
al-Haitami as-Syafii)
5. Syekh Hasan al-Bashri
Telah
berkata Hasan Al-Bashri: “Aku suka seandainya aku mempunyai emas
setinggi gunung Uhud, maka aku akan membelanjakannya untuk membaca
maulid Nabi saw.* (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam
fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu
Hajar al-Haitami as-Syafii)
6. Syekh Junaid al-Baghdady
Telah
berkata Junaid Al-Baghdadi semoga Allah mensucikan rahasianya: “Siapa
yang menghadiri majlis maulid Nabi saw. dan membesarkan kedudukannya,
maka sesungguhnya ia telah mencapai kekuatan iman”.* (sumber dari kitab
anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya
Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
7. Syekh Ma’ruf al-Karkhy
Telah
berkata Ma’ruf Al-Karkhi: “Siapa yang menyediakan makanan untuk majlis
membaca maulid Nabi saw. mengumpulkan saudaranya, menyalakan lampu,
memakai pakaian yang baru, memasang bau yang wangi dan memakai
wangi-wangian karena membesarkan kelahiran Nabi saw, niscaya Allah akan
mengumpulkannya pada hari kiamat bersama kumpulan yang pertama di
kalangan nabi-nabi dan dia berada di syurga yang teratas (Illiyyin)”
(sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii
waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami
as-Syafii)
8. Fakhruddin ar-Rozi
Telah
berkata seorang yang unggul pada zamannya, Imam Fakhruddin Al-Razi:
“Tidaklah seseorang yang membaca maulid Nabi saw* ke atas garam atau
gandum atau makanan yang lain, melainkan akan zahir keberkatan padanya,
dan setiap sesuatu yang sampai kepadanya (dimasuki) dari makanan
tersebut, maka makanan tersebut akan bergoncang dan tidak akan tetap
sehingga Allah mengampunkan orang yang memakannya”.
“Sekirannya
dibacakan maulid Nabi saw. ke atas air, maka orang yang meminum seteguk
dari air tersebut akan masuk ke dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat,
akan keluar daripadanya seribu sifat dengki, penyakit dan tidak mati
hati tersebut pada hari dimatikan hati-hati”.
“Siapa
yang membaca maulid Nabi saw. pada suatu dirham yang ditempa dengan
perak atau emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lainnya,
maka akan jatuh ke atas dirham tersebut keberkatan, pemiliknya tidak
akan fakir dan tidak akan kosong tangannya dengan keberkatan Nabi saw.”*
(sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii
waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami
as-Syafii)
9. Imam as-Syafii
Telah
berkata Imam Asy-Syafi’i: “Siapa yang menghimpunkan saudaranya (sesama
Islam) untuk mengadakan majlis maulid Nabi saw., menyediakan makanan dan
tempat serta melakukan kebaikan, dan dia menjadi sebab dibaca maulid
Nabi saw. itu, maka dia akan dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat
bersama ahli siddiqin (orang-orang yang benar), syuhada’ dan solihin
serta berada di dalam syurga-syurga Na’im.” (sumber dari kitab
anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya
Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
10. As-Sary as-Saqothy
Telah
berkata As-Sariyy As-Saqothi: “Siapa yang pergi ke suatu tempat yang
dibacakan di dalamnya maulid Nabi saw. maka sesungguhnya ia telah pergi
ke satu taman dari taman-taman syurga, karena tidaklah ia menuju ke
tempat-tempat tersebut melainkan lantaran kerana cintanya kepada Nabi
saw. Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda: “Sesiapa yang
mecintaiku, maka ia akan bersamaku di dalam syurga.” (sumber dari kitab
anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya
Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
11. Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar al-Haitami
“Siapa yang hendak membesarkan maulid Nabi saw. maka cukuplah disebutkan sekedar
ini
saja akan kelebihannya. Bagi siapa yang tidak ada di hatinya hasrat
untuk membesarkan maulid Nabi saw. sekiranya dipenuhi dunia ini dengan
pujian ke atasnya, tetap juga hatinya tidak akan tergerak untuk
mencintai Nabi saw. Semoga Allah menjadikan kami dan kalian di kalangan
orang yang membesarkan dan memuliakannya dan mengetahui kadar kedudukan
Baginda saw. serta menjadi orang yang teristimewa di kalangan
orang-orang yang teristimewa di dalam mencintai dan mengikutinya.
Aamiin, wahai Tuhan sekalian alam. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas
penghulu kami Nabi Muhammad saw. keluarganya dan sahabat-sahabatnya
sekalian hingga Hari Kemudian.”
KOMENTAR ATAS RIWAYAT-RIWAYAT DIATAS :
Perkataan
serupa dinisbatkan kepada sahabat Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, sebagaimana dalam kitab Madarij
ash-Shu’udh hal.15 karya Syaikh Nawawi Banten.[1] Bahkan juga
dinisbatkan kepada Hasan al-Bashri, Ma’ruf al-Karkhi, al-Junaid dan
lainnya sebagaimana dalam Hasyiyah I’anah Tholibin: 3/571-572 karya Abu
Bakr Syatho
Hadits2 tersebut TIDAK ADA ASALNYA.
Sejak awal kali mendengar ucapan yang dianggap hadits ini, bagaimana
mungkin hadist ini shohih?, sedangkan maulid tidak pernah dicontohkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya?!!
Jadi, Hadits-hadits ini tidak ada asalnya,.. itu semua bukan hadits..
Ketika hadits ini ditanyakan kepada Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman hafizhahullah.[2]
Jawaban Syaikh :
“Ini merupakan kedustaan kepada Rasulullah yang hanya dibuat-buat oleh para ahlul bid’ah.”
Kepada saudara-saudara kami yang
berhujjah dengan hadits ini, kami katakan: “Dengan tidak mengurangi
penghormatan kami, datangkan kepada kami sanad hadits ini agar kami
mengetahuinya!!”.
Singkat kata, hadits tersebut di atas adalah dusta, tidak berekor dan berkepala (yakni : tanpa sanad).
Aneh dan lucunya, setelah itu
ada seseorang yang melariskan hadits tersebut dengan berkata: “Walaupun
hadits ini lemah, tetapi bisa dipakai dalam Fadhoilul A’mal.”
Hanya kepada Allah azza wa jalla kita mengadu dari kejahilan manusia di akhir zaman!![3].
Adapun dari segi matan hadits,
bagaimana hadits ini shohih padahal perayaan maulid nabi tidaklah
dikenal pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabat, para
tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Bahkan hal tersebut juga tidak dikenal di
kalangan imam-imam mazhab: Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Imam Ahmad
Rahimahumullah sekalipun karena memang perayaan ini adalah perkara baru
dalam agama. Adapun orang yang pertama kali mengadakannya adalah Mu'iz
Lidinillah dari Bani Ubaid al-Qoddakh yang menamai diri mereka dengan
“Fathimiyyun”. Mereka memasuki kota Mesir tahun 362 H. Berakar dari
sinilah kemudian mulai tumbuh dan berkembang bentuk-bentuk perayaan
maulid secara umum dan maulid nabi secara khusus.
Wallahu a'lam.
__________
FooteNote:
[1] Lihat Hadits-Hadits Bermasalah, Prof.Ali Musthofa Ya’qub hal.102
[2] Beliau adalah salah seorang murid Imam ahli hadits besar, al-Albani, yang sudah beberapa kali pernah berkunjung ke Indonesia dalam rangka dakwah. Pertanyaan ini di tanyakan kepada beliau pada hari Rabu 6 Muharrom 1423 H, sebelum shalat Dhuhur di masjid al-Irsyad, Surabaya.
[3] Pekara ini juga didapati dalam kitab Tahdzirul Muslimin Minal Ahadits al-Maudhu’ah ‘ala Sayyidil Mursalin hal.87 oleh Muhammad al-Basyir al-Azhari, beliau mengatakan: “Di antara hadits-hadits yang banyak berbau dusta adalah kisah-kisah tentang maulid nabi.”
Disadur dari Tulisan Ust. Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi hafizhahullah
Maroji :
https://abangdani.wordpress.com/2011/02/09/mengkritisi-sejarah-perayaan-maulid-nabi/
http://aslibumiayu.wordpress.com/2011/06/01/kalangan-habaib-serukan-untuk-tidak-merayakan-maulid-nabi/
http://www.facebook.com/groups/178870065487878/320858161289067/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar